Senin, 19 Mei 2014

Mbaru Niang, Rumah Jaring Laba-laba di Flores

Mbaru niang di Flores (Foto:apakabardunia)
Mbaru Niang, Rumah Adat Pulau Flores (Sumber: Okzone)

DESA Satar Lenda Manggarai berada di ketinggian 1.100 mdpl. Ada Kampung Wae Rebo di sana, yang diapit oleh gunung dan hutan lebat.

Sebuah perkampungan tradisional di wilayah terpencil ini dikenal di dunia internasional dan menjadi favorit turis wancanegara. Apa yang istimewa?

Alam yang indah menghampar di Flores, satu serpihannya menjadi tanah yang didiami oleh suku Wae Rebo. Suku ini menjaga kelestarian alam dan warisan leluhur, yang menjadi satu-satunya penolong bagi keberlangsungan keaslian budaya suku ini.

Secara turun-temurun leluhur mereka, Maro, menuturkan bahwa mereka adalah orang pertama yang menghuni tempat tersebut. Setelah masa nomaden, mereka memutuskan untuk menetap di daerah pegunungan dan hutan.

Sampai saat ini jika, kita ingin pergi ke Kampung Wae Rebo, hanya ada satu akses, kita harus membelah hutan yang masih asli. Tepat rasanya jika kita melongok perkampungan ini untuk menyaksikan bagaimana masyarakat tradisional hidup dari masa lalu. sekaligus banyak belajar soal kearifan adat mereka, menjunjung tinggi tradisi dan harmoni dengan alam.

Masih di wilayah yang sama kita juga bisa mendapati keindahan rancangan tanah pertanian yang memiliki bentuk mirip jaring laba-laba. Untuk melihat keunikan persawahan ini, kita bisa sedikit trekking karena pemandangan indah ini tentu saja dapat dinikmati dari ketinggian.

Masyarakat setempat menyebut persawahan ini Lingko, yang berarti tanah adat. Lahan yang sebelumnya dipenuhi dengan tanaman lingko (asal mula penamaannya) dibuka dan dibagikan kepada warganya. Tanah ini tidak dapat dimiliki secara pribadi, namun dikelola secara kelompok.


Lingko (Sumber: Google)

Bentuk dari Lingko ini sendiri sebenarnya mengacu pada Mbaru Niang, rumah adat Wae Rebo. Yang tanpa mereka sadari bentuk yang tercipta menyerupai jaring laba-laba. (dari berbagai sumber) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar