Sabtu, 24 Mei 2014

Suku Dhani Potong Jari Ketika Berduka

Suku Dani bermukim di lembah Baliem(138030’– 139030’ BT dan 3400’ – 4200’LS)., Irian Jaya. Lembah ini berada di tengah-tengah pegunungan Jaya Wijaya pada ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut. Lembah Baliem memiliki luas sekitar 1200 km2. Suku Dani lebih senang disebut bangsa Parim atau orang Baliem. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya, biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi. Setidaknya ada 5.000 Dani tinggal di lembah  dan lain lima puluh ribu lainnya  atau lebih menghuni permukiman curam-sisi sepanjang lembah . Suhunya ringan, curah hujan sedang, dan terdapat satwa liar berbahaya dan penyakit-penyakit langka.

anak-anak suku dhani (Foto: cepi wungkul)


Lembah Baliem (Foto: Berbagi ilmu)

Budaya Potong Jari

Potong Jari (Foto: Greenbirepapua)

Begitu banyak cara untuk menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit kehilangan. Namun berbeda dengan Suku Dani di Papua, mereka mempunyai tradisi yang cukup aneh. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang meninggal, tidak hanya dengan menangis, mereka juga memotong jarinya. 

Pemotongan jari ini melambangkan kepedihan dan sakitnya bila kehilangan anggota keluarga yang dicintai. Ungkapan yang begitu mendalam, bahkan harus kehilangan anggota tubuh. Bagi masyarakat pegunungan tengah, keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Bagi masyarakat Balim Jayawijaya kebersamaan dalam sebuah keluarga memiliki nilai-nilai tersendiri.

Bukan hanya suku dani saja yang melakukan hal tersebut. Di luar negeri, gang yakuza akan memotong salah satu jari anggotanya bila mereka gagal menjalankan misi.  


Mengapa harus memotong jari? 


Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai simbol kerukunan, kebersatuan, dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada di tangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.


Alasan lainya adalah "Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik" atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan Papua memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.


Tradisi Potong Jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak atau parang. Ada juga yang melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati, kemudian baru dilakukan pemotongan jari.


Selain tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah.


dari berbagai sumber 

3 komentar: